Jumat, 12 Juni 2009

sekali lagi kurasakan anugerah-Nya

Hari ini tanggal 10 juni 2009.. 4 hari setelah regenerasi,, masih sulit untuk dibayangkan bahwa aku telah menjadi ketua PMKK. Tak pernah sekalipun aku pernah bermimpi untuk menjadi ketua dalam bentuk apapun, karena aku memang tipe pekerja, bukan pemimpin. Bahkan sampai sekarang aku masih bisa merasakan keterkejutanku dan teman-teman saat mengetahui bahwa aku yang menjadi ketua mereka.

Menjadi ketua tanpa dukungan sejak awal dari pihak manapun bukanlah hal yang mudah. Banyak tekanan internal dan eksternal yang kuterima. Keadaan ini membuat rasa minder yang sedang berusaha kubuang kembali lagi tanpa permisi. Memenuhi setiap pemikiran dan perasaanku. Terbayang dibenakku betapa berat jalan yang harus kutempuh –tanpa dukungan-. Meski sepertinya hanya perasaanku saja, tapi penolakan tersirat benar-benar kurasakan saat itu. Sangat menakutkan..dan menyakitkan…

Saat masa-masa terpuruk itu, aku teringat kisah Daud sebelum menjadi raja yang sangat bersahaja. Pada waktu Allah memerintah nabi Samuel untuk mencari pengganti Saul, Ia tidak menyuruh samuel mendatangi kota besar atau terkenal pada masa itu. Allah memerintah Samuel pergi kota kecil yang tak terkenal sama sekali bernama Betlehem.

Cerita itu tak berhenti di kota yang tak dianggap. Di kota kecil itu, samuel diperintakan mencari seorang biasa bernama Isai. Isai memiliki delapan anak laki-laki yang salah satunya adalah anak pilihan Tuhan. Pada saat Samuel datang dan mengutarakan maksudnya, Isai segera mengumpulkan anak-anaknya dan menceritakan semua kelebihan mereka di hadapan Samuel. Beberapa kali Samuel tergerak untuk menuang minyak urapan pada ketujuh anak Isai karena kelebihan dan pengalaman yang mereka miliki. Namun saat itu juga Tuhan melarangnya dan berkata kira-kira seperti ini:” janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”

Keenam anak Isai telah tampil dengan segala bakat dan kemampuan mereka, namun tak satu pun yang menjadi pilihan Tuhan. Hingga akhirnya Samuel bertanya pada Isai apakah masih ada anaknya yang belum datang. Mendengar pertanyaan seperti itu, Isai menjawab dengan heran seperti ini: “masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” Pernyataan Isai memperlihatkan bahwa ia sama sekali tidak memperhitungkan Daud sebagai seseorang yang pantas untuk dipilih. Pikiran Isai yang seperti ini juga diperkuat dengan prilakunya yang sama sekali tidak mengajak Daud ke upacara pengorbanan, melainkan menyuruhnya menggembalakan kambing domba-suatu pekerjaan hina jaman itu-.

Sungguh menyedihkan bila melihat kondisi Daud pada saat itu. Di saat keluarganya mengikuti upacara yang dihadiri orang penting, ia malah menggembalakan kambing dombanya. Di saat keluarganya berkumpul untuk menentukan hal yang besar, ia malah di singkirkan secara halus. Sama sekali terlupakan. Tidak dianggap. Diremehkan. Namun, apapun yang dilakukan manusia, rencana Tuhan tetap terlaksana. Seseorang yang dilupakan dan tidak dipandang, diurapi menjadi raja. Roh Tuhan berkuasa atasnya, selamanya.

Cerita di atas sangat memberkatiku. Aku yang bimbang karena merasa sendiri segera terenyuh saat membaca kisah Daud. Seorang yang bukan siapa-siapa yang dibentuk Tuhan menjadi seorang yang akan selalu diingat sepanjang masa. Daud diurapi tanpa dukungan manusia, satupun. Namun Allah mendukungnya secara penuh sehingga ia menjadi raja. Allah mendukungnya bukan tanpa alasan, Ia mengenal hati Daud secara keseluruhan. Di masa sulitnya, Daud tetap memuji Allahnya dengan kecapi dan puji-pujian. Saat ia diremehkan saudara-saudaranya, ia tetap setia dan tidak kecewa pada Allahnya. Di saat ia diperintah menggembala, ia tetap setia melakukannya, meski ia tahu betapa tidak berharganya pekerjaan seorang gembala.

Cerita tersebut ku coba mengasosiasikannya dengan kehidupanku saat ini. Aku yang tidak bisa apa-apa dalam hal kepemimpinan, aku yang tidak punya pengalaman sama sekali sebagai ketua panitia apapun, aku yang tidak diperhitungkan bahkan oleh diriku sendiri, tetap Ia percayakan tanggung jawab besar itu. Ia memang tidak memandang rupa dan kemampuan, tetapi Ia melihat hati. Bukan berarti aku menganggap hatiku suci dan berhak sombong atas hal itu. Satu hal mendasar yang kudapati disini, meskipun aku tidak bisa apa-apa, Tuhan akan memampukan aku. Meski aku lemah, Tuhan yang akan menguatkan aku. Aku sangat yakin akan hal itu, mengapa? Karena Tuhan Daud Tuhanku juga, apa yang mungkin Ia lakukan bagi Daud, bukan mustahil untuk Ia lakukan padaku. Satu hal yang harus ku perhatikan, tetap menjaga hatiku untuk selalu dekat dan peka terhadap perkataan-Nya. Dan kuharap teman-teman juga seperti itu.
God bless…

Nb:
Untuk Bapa yang mau percaya padaku:
Terima kasih atas kasih setiaMu
Terima kasih ,,kau memberikan apapun yang aku butuhkan dengan caraMu,
Bukan caraku
Terimakasih, Kau selalu memberikanku sesuatu dengan waktu yang tepat,,
Kau selalu memikirkan apakah aku telah siap menerima pemberian darimu,,,
Baik itu berkat maupun ujian..
Tolong aku agar dapat selalu lulus dari setiap ujian yang Kau berikan
Agar aku dapat mencapai level yang lebih tinggi dalam pembentukan karakter dan kondisi rohaniku
Bantu aku agar aku dapat selalu dekat padaMu, mengerti perintahMu dan menjalankannya
Jangan biarkan aku melenceng dari jalanMu
Karena Kaulah jalan dan kebenaranKu,,
Sekarang,, selamanya…