Sabtu, 20 Oktober 2012

The Power to Speak Faith


Syalom, 
Kali ini saya akan membagikan apa yang saya dapat dari ibadah raya beberapa minggu lalu. Kotbahnya berjudul The Power to speak faith. Selamat membaca 

The Power to Speak Faith

Cara bicara seseorang biasanya akan menunjukkan keadaan hubungan interpersonal orang tersebut. Sekarang ini, sangat banyak orang yang menggunakan perkataan yang menyakitkan, melemahkan, bahkan memojokkan orang lain. Words hurt. Don’t be a part of that!
Yesus yang ada di dalam kita membuat kita memiliki kuasa untuk berbicara di dalam iman (Bil 14: 28). Berikut ini adalah beberapa contoh tokoh yang diberi power to speak:
1.       Musa: berbicara kepada Firaun
2.       Yosua: berbicara kepada matahari
3.       Daud:  berbicara kepada Goliat
4.       Elia: berbicara kepada janda Sarfat.
Nama-nama di atas menjadi sejarah, powerfull history,now, who’s the next history maker? US! Kita dianugerahi bukan hanya kemampuan untuk ‘berbicara tentang’ namun juga ‘berbicara kepada’. Bukan membicarakan problem, tapi solusi.

Winners see possibility, losers see problems

Berbicara dengan iman adalah sebuah gaya hidup, bukan peristiwa. It’s a life style, not an event.
Terkadang kita masih ‘setengah-setengah’ untuk menjadikan berbicara iman sebagai gaya hidup. Kita masih berbicara iman tergantung apa yang sedang kita alami saat itu. Ada beberapa orang yang imannya melemah saat dihadapkan dengan pencobaan, dan ada juga yang sebaliknya. Ada orang yang imannya melemah justru ketika ia melihat banyak kemungkinan yang menurutnya bias ia kerjakan sendiri tanpa campur Tuhan.
Mari kita lihat kisah Yairus (Mrk 5:21-43), ia seorang kepala rumah ibadat yang telah banyak mendengar tentang apa yang dilakukan Yesus, saat Yesus dating, imannya meningkat dan meminta pertolongan kepada Tuhan (ay 23). Di tengah perjalanan, jubah Yesus dijamah oleh perempuan yang sakit pendarahan, saat itu juga perempuan itu sembuh (ay27-29) melihat peristiwa itu, semakin kuatlah iman yairus. Namun coba kita perhatikan ayat yang ke 35, saat ia mendengar anaknya telah mati. Saat itu iman Yairus ngedrop kembali, mungkin ia mulai ragu, Yesus bias menyembuhkan, apa mungkin Ia juga bisa membangkitkan? Oleh karena itulah Yesus berkata kepadanya ‘Jangan takut, percaya saja’ (ay36).
Seringkali kita masih seperti Yairus, memiliki masa ‘naik-turun’ kadar imannya. Namun, mari kita selalu belajar untuk beriman dalam saat seperti apapun juga, tidak tergantung dengan persitiwa, karena apapun yang kita alami, baik atau buruk, semua itu telah Tuhan tetapkan sesuai dengan kemampuan kita (1 Kor 10:13) Dan semuanya itu untuk kebaikan kita.

Tuhan Memberkati 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar